Kamis, 11 Juni 2009

Follow Islam Way

Saya bilang, saya bukan seorang Pluralis, saya muslim, dan saya ingin bilang bahwa Islam tidak mengenal dikotomis, semua nilai dan bahkan semua hukum aturan dan peribadatan dalam Islam adalah hal yang sangat universal. seorang yang bukan muslimpun bila beribadah dengan cara Islam maka akan menemukan ketenangan yang sama seperti yang kami rasakan, dan anda bila mengikuti langkah kaki kami saya jamin, fully guaranted, anda akan sampai pada hakikat yang anda cari dalam kegalauan anda selama ini. anda tidak akan temukan hal itu dalam budhisme, konfusionisme, atau tarikat apapun di dunia ini, sebab seandainya semua jalan itu benar asal muasalnya dari seorang nabi, kini semua telah terhapus dengan jalan Nabi kami. maka datanglah kepada Islam, di sinilah anda akan menemukan kesejatian.
Dan anda para ekonom kapitalis-liberalis-neolib, sosialis atau apapun aliran ekonomi anda, cobalah lihat dengan jujur kepada Islam. bagaimana Islam mengatur semua hal itu. demikian kenyataan ini berlaku untuk semua bidang yang berkaitan dengan kehidupan bahkan kematian.

Senin, 08 Juni 2009

Jiwa Yang Lapang

saya teringat dengan cerita yang 5 tahun lalu saya baca di sebuah buletin waktu jum'atan. cerita itu tentang seorang pemuda yang stress karena berbagai masalah yang bersamaan mendatangi hidupnya. pemuda itu datang kepada seorang bijak yang tinggal di pinggir sebuah danau untuk meminta nasihat. sang bijak tak banyak berkata, ia mengambil segelas air dan menaburkan segengam garam ke dalamnya. "minumlah" katanya sambil memberikan segelas air campur garam itu kepada pemuda.
air itupun diminum tanpa banyak komentar, pemuda yang stress itu seperti pasien yang percaya penuh pada dokter sehingga tak merasa perlu untuk bertanya, mengapa ia harus minum air garam itu.
tapi ketika diminum, ia langsung memuntahkannya kembali seraya berteriak "pahiit!!!"
namun kakek itu hanya tersenyum saat melihat mimik mengenaskan sang pemuda yang menahan rasa pahit air garam itu.
sang kakek kemudian mengajak pemuda itu ke pinggir danau dan menaburkan garam sebanyak yang ia taburkan di air gelas.
"minumlah air dari danau ini" katanya.
pemuda itu langsung melaksanakan perintah sang kakek, ia menyeduk air dengan kedua tangannya.
"segaar sekali!!" katanya.
kakek itu tersenyum, persis seperti senyum yang pertama.
"tidakkah kau melihat garam yang aku taburkan ke dalam air gelas dan danau ini sama banyaknya?"
"tentu saja kek" jawab pemuda.
"aku tanya, mengapa rasanya berbeda?" tanya sang Kakek lagi.
"karena air danau ini lebih luas, jadi asinnya garam tidak mempengaruhi rasanya" kata sang pemuda.
"demikianlah jiwamu, bila ia luas maka masalah sebesar apapun tak akan membuat resah dan gelisah"

Sabtu, 06 Juni 2009

Sejenak Tentang Kematian

kita tahu kematian mungkin datang besok, lusa, bahkan beberapa detik ke depan. kemungkinan itu ada, dan kepastian bahwa kita mati seharusnya membuat kita sibuk menumpuk bekal. tetapi mengapa sering kita menjadi lupa? dan malah sibuk dengan hal lain yang bukan untuk itu kita dihidupkan.

Jumat, 29 Mei 2009

Lakukan Bukan Karena Ingin Tapi Karena Harus

beda antara ingin makan dan harus makan
beda juga antara ingin sekolah dan harus sekolah
beda juga antara ingin pergi dan harus pergi
selama hidup kita punya keinginan
tetapi lakukanlah semuanya bukan karena ingin tapi karena harus.

Minggu, 10 Mei 2009

Menyingkap Tasbih


Tasbih adalah salah satu bacaan dzikir yang biasa dibaca setelah shalat. Dalam Alqur’an banyak ayat yang memberitahu kita tentang tasbihnya langit bumi dan segala isinya. Seperti yang terdapat dalam surat al Hasyr ayat 1 :

“Telah bertasbih kepada Allah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan dialah yang maha perkasa dan maha bijaksana”

Banyak ayat semisal ini dalam Alqur’an, seperti pada awal surat Al-Isra’, As-Shaf, Al-Jumu’ah, At-Taghabun dan pada ayat lainnya.

Maha suci Allah dari sifat kekurangan. Tidak ada sedikitpun kelemahan dan pertentangan dalam ciptaannya, segala yang ada di langit berupa planet, bintang, galaksi dan lintasan-lintasan serta jarak antara satu planet dan lainnya sudah terdesain dengan sempurna, kemudian apa yang ada di bumi berupa lautan yang dipenuhi berjuta ikan yang berbeda dan belum tersentuh klasifikasi para ahli biologi, dan di darat dengan berjuta hewan dan tumbuhan yang lebih banyak lagi ragamnya. Semuanya itu memperlihatkan kesempurnaan dzat Allah dan kesuciannya dari segala sifat kekurangan.

Allah menantang orang yang hendak mencari kelemahan dalam ciptaanya itu dengan berfirman : “…Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Q.S Al-Mulk 3-4)

Mereka yang berusaha mencari kelemahan dalam semua ciptaan yang sempurna itu justru kemudian tertunduk dan melihat ternyata kelemahan itu ada pada dirinya sendiri.

pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan Kemudian tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (QS. Al-Mulk : 4)

Maha suci Allah, sama saja apakah semua manusia yang ada dibumi ini bertasbih atau tidak. Banyak dan sedikitnya orang yang memahasucikan Allah sama sekali tidak berpengaruh terhadap kemahasucian Allah itu sendiri.

Maha suci Allah dari segala sifat kekurangan, maha suci Allah dari adanya anak, isteri dan segala sifat yang dibuat orang-orang sesat yang berasal dari kafir dan Musyrik.

Maka tasbih yang sebenar-benarnya akan memberikan implikasi kepada kesucian diri kita sendiri. Maha suci Allah, dengan demikian tidak ada yang berhak dinisbatkan kepada dzatnya, tidak ada yang berhak menjadi tujuan segala peribadatan selain dzatnya, tidak ada yang berhak menjadi sekutu dalam memiliki sifat-sifat keagungannya, tidak ada sumber kebenaran yang harus diterima selain dari apa yang berasal darinya.

Tasbih yang dilakukan dengan benar akan menghilangkan riya, yakni beramal karena manusia, atau karena Allah tapi disusupi niat karena manusia. Pentasbih akan menyadari dengan sebenarnya bahwa tak ada yang patut disejajarkan dengan Allah, sehingga berhak menjadi sekutu Allah dalam tujuan beramal, bila niat semacam itu masih bercokol berarti tasbihnya belum benar.

Tak hanya riya, penyakit batin seperti ujub dan takabur-pun pasti hilang dengan tasbih yang benar. Ujub adalah merasa diri punya kekuatan dan kemuliaan, padahal semua itu mutlak milik Allah swt, apa yang ada pada manusia hanyalah sebatas apa yang diberikan, bila berkehendak Allah bisa mengambilnya kapan saja, maka dengan tasbih orang menyadari bahwa ia tak berhak dan sama sekali tidak layak memposisikan diri sejajar dengan Allah dalam pemilikan kekuatan dan kemuliaan. Dengan tasbih ia akan tertunduk menyadari bahwa sifat bawaannya sendiri adalah lemah dan tidak mampu, selanjutnya tak ada jalan baginya untuk merasa lebih baik dari manusia lain, maka hilanglah juga sifat takabbur. Subhanallah. La haula wala quwwata illaa billah.

Rabu, 22 April 2009

valas dan keadaan jiwa

Tentang jual beli valas dengan tujuan mencari keuntungan atas naik turunnya nilai mata uang dalam apa yang aku baca jelas adalah haram. Menurut fatwa MUI demikian, juga menurut Dr. Setiawan Budi Utomo pakar dalam Piqh kontemporer. Yang saya pahami, sebab keharamannya adalah pada niat, dan adanya laverage, kemudian tidak adanya yadan bi yadin, atau pindah tangan barang secara langsung yang merupakan syarat jual beli dalam Islam. Adapun unsur gamblingnya sebenarnya bisa diabaikan karena naik turun mata uang itu sesungguhnya bisa diprediksi dengan menggunakan teknikal indikator yang presisinya mencapai 70% katanya dan untuk memastikan yang 30%nya bisa menggunakan fundamental analisis, kemudian apabila prediksi dengan dua analisa itu gagal masih bisa dilakukan hadging untuk melindungi uang dari kerugian yang terlalu besar. Hal ini beda dengan judi.

Makanya hati saya terasa berbeda bila saya iseng melakukan transaksi valas, merasa tak tenang dan shalat menjadi hambar. Yang membuat saya masih iseng melakukannya adalah fatwa guru besar ilmu syari’ah IAIN Juhaya S. Praja yang mengatakan bahwa main valas ini halal karena termasuk bentuk jual beli yang tidak ada keputusannya di dalam Islam sehingga masuk kedalam masalah ijtihadiiyah, berdasarkan hitungan maslahat madarat kemudian pak Juhaya menyatakan hal ini sebagai halal. Hati saya memang tetap tak mau mengambil fatwa ini. Saya menilai keharamannya lebih nampak dan lebih berkenan daripada pendapat yang mengatakan halal, apalagi MUI sebagai lembaga tempat ngumpulnya ulama dengan tegas mengatakan haram. Wallahu alam. Suatu kelalaian berakibat buruku pada jiwa, menutupi jiwa dari rahmat dan kenikmatan dalam beribadah.

Guru Sejati

Aku memohon kepada Allah untuk dipertemukan dengan guru sejati yang dengan tulus hati mau membimbing aku untuk berjalan kepada-Nya.

Tetapi apa yang aku inginkan ini hanyalah diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh. Orang sering mengatakan ingin ini dan itu, tetapi saat dihadapkan pada rintangan yang menghalanginya dari keinginan itu, ia mundur. Yang seperti ini apakah kita namai “ingin”.

Pertemuan dengan Mursyid yang memiliki akhlaq Nabi dan Ma’rifat kepada Allah adalah nikmat yang sangat besar, pertemuan itu adalah kunci terbukanya hidayah, pertemuan itu adalah seperti pertemuan seorang pengembara yang tersesat dengan seseorang yang mengetahui jalan untuk pulang. Dan hanya dengan ibadah dan do’a kepada Allah kiranya aku bisa mendapatkan karunia ini. Sebab orang yang tidak bersungguh-sungguh beribadah tentu tidak akan mampu melaksanakan tuntunan-tuntunan sang guru. bila tidak akan mampu apa gunanya pertemuan itu terjadi?

Dan sang guru memang tidak akan didatangkan kepada orang yang tidak mampu mengikutinya, bila aku sudah mampu Allah pasti akan mendatangkan guru itu kepadaku.