Senin, 08 Juni 2009

Jiwa Yang Lapang

saya teringat dengan cerita yang 5 tahun lalu saya baca di sebuah buletin waktu jum'atan. cerita itu tentang seorang pemuda yang stress karena berbagai masalah yang bersamaan mendatangi hidupnya. pemuda itu datang kepada seorang bijak yang tinggal di pinggir sebuah danau untuk meminta nasihat. sang bijak tak banyak berkata, ia mengambil segelas air dan menaburkan segengam garam ke dalamnya. "minumlah" katanya sambil memberikan segelas air campur garam itu kepada pemuda.
air itupun diminum tanpa banyak komentar, pemuda yang stress itu seperti pasien yang percaya penuh pada dokter sehingga tak merasa perlu untuk bertanya, mengapa ia harus minum air garam itu.
tapi ketika diminum, ia langsung memuntahkannya kembali seraya berteriak "pahiit!!!"
namun kakek itu hanya tersenyum saat melihat mimik mengenaskan sang pemuda yang menahan rasa pahit air garam itu.
sang kakek kemudian mengajak pemuda itu ke pinggir danau dan menaburkan garam sebanyak yang ia taburkan di air gelas.
"minumlah air dari danau ini" katanya.
pemuda itu langsung melaksanakan perintah sang kakek, ia menyeduk air dengan kedua tangannya.
"segaar sekali!!" katanya.
kakek itu tersenyum, persis seperti senyum yang pertama.
"tidakkah kau melihat garam yang aku taburkan ke dalam air gelas dan danau ini sama banyaknya?"
"tentu saja kek" jawab pemuda.
"aku tanya, mengapa rasanya berbeda?" tanya sang Kakek lagi.
"karena air danau ini lebih luas, jadi asinnya garam tidak mempengaruhi rasanya" kata sang pemuda.
"demikianlah jiwamu, bila ia luas maka masalah sebesar apapun tak akan membuat resah dan gelisah"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar